Dalam jaringan otak yang mengalami iskemik,terjadi penurunan difusi,sehingga ADC akan menurun.Faktor penyebab penurunan ADC pada jaringan iskemik antara lain :
1.Iskemik menyebabkan gannguan pada siklus yang memproduksi ATP/GTP yang berperan dalam pembentukan neurofilamen dan neurotulobus sebagai pemelihara transport sitostruktur.Dalam keadaan normal transpor ini akana memberikan mobilitas tambahan bagi molekul air.
2.Pada edema sitotoksik akibat iskemik terjadi pergerakan cairan dari ruang ekstra cell ke intra cell, sehingga terjadi penurunan ukuran ruangan eksytracel dan peningkatan tortousity ruang ekstra cell.
Schaefer dkk melaporkan bahwa restriksi difusi yang berkaitan dengan iskemia pada orang dewasa mulai terjadi dalam 30 menit post ictus, ADC pada awal iskemia menurun secara kontinue.Puncak penurunan signal ADC terjadi pada 8-32jam, dan sisisanya menurun secara bermakna dalam 3-5hari.Penurunan difusi ini ditunjukan dengan hyperintense pada DWI dan hypointense pada ADC map.ADC akan kembali ke baseline setelah 1-4 minggu.Hal tersebut menandakan adanya edema sitotoksik yang persisten ( yang berhubungan dengan penurunan difusi) serta berkembangnya edema vasogenik dan kerusakan membran sel yang menyebabkan meningkatnya air ekstraselluler ( yang berhubungan dengan meningkatnya difusi ) tampak hyperintens ringan pada DWI dan tampak isointese pada ADC map.
Setelah itu ADC mulai meningkat akibat adanya akumulasi cairan pada ruanga ekstraceluler, kavitas jaringan dana gliosis.Hal ini memberikan gambaran hypointense ringan, isointense maupun hiperintens pada DWI ( tergantung dari kekuatan komponen T2 dan komponen DIFUSINYA ) serta hyperintense pada ADC map.
Pseudonormal adlah keadaan dimana ADC suatu jaringan menyerupai keadaan jaringan otak normal,tetapi jaringannya sendiri sebenarnya mengalami infark.Reperfusi dini dapat menyebabkan pseudonormalisasi pada saat yang sangat awal.pada penderita dengan reperfusi yang sangat cepat dapat timbul edema vasogenik yang yang lebih awal, sehingga terjadi peningkatan nilai ADCpada saat yang sangat awal.
Studi yang lain menunjukkan adanya ADC yang berbeda dalam satu area infark yaitu area dengan ADC yang rendah,pseudonormal maupun meningkat.Hal tersebut diduga menandakan perbedaan tahap temporer dari evolusi jaringan menuju ki infark.
Jika terjadi infark yang kronis difusi akan meningkat,sehingga DWI menunjukan gambaran yang isointense, sedangkan ADC map akan tampak hyperintense.Imaging konvensional tidak dapat membedakan antara edemasitotosik dengan edema vasogenik,dimana kedua jenis ini sama2 memberikan gambaran hyperintens pada T2W-MRI di daerah substansia alba maupun grisea.DWI dapat membedakan edema vasogenik ditandai dengan peningkatan difusi akibat peningkatan relatife air ekstracel dan disini air bersifat mobile.
Senin, 31 Agustus 2009
Senin, 24 Agustus 2009
Astrocytoma
Pendahuluan
Astrocytoma adalah neoplasma sistem saraf pusat dimana tioe sel predominannya berasal dari astrosit immortal.Dua klas dari strocytoma dikenal yaitu mengalami infioltrasi lokal (pilocytic astrocytoma)dan yang lain telah berinfiltrasi secara difus ( low grade astrocytoma,analplastik astrocytoma)
WHO membagi berdasarkan klinikopatology di bedakan menjadi Grade I : (pilocytik astrocytoma)Grade II (diffuse astrocytoma) Grade III(analpatic astrocytoma)Grade IV ( glioblastoma multiforme)
Klinis
WHO Grade I : pilocytic astrocytoma timbul melalui neoroaksis dan jarang pada anak dan dewasa
Astrocytoma adalah neoplasma sistem saraf pusat dimana tioe sel predominannya berasal dari astrosit immortal.Dua klas dari strocytoma dikenal yaitu mengalami infioltrasi lokal (pilocytic astrocytoma)dan yang lain telah berinfiltrasi secara difus ( low grade astrocytoma,analplastik astrocytoma)
WHO membagi berdasarkan klinikopatology di bedakan menjadi Grade I : (pilocytik astrocytoma)Grade II (diffuse astrocytoma) Grade III(analpatic astrocytoma)Grade IV ( glioblastoma multiforme)
Klinis
WHO Grade I : pilocytic astrocytoma timbul melalui neoroaksis dan jarang pada anak dan dewasa
Jumat, 21 Agustus 2009
AKHIRNYA BERTEMU PEMBACA BLOGGER
Terima kasih kepada para pembaca personal blogger Ferry Indriasmoko atas dukungan Anda blog ini sangat bermanfaat bagi banyak orang terbukti dari saya menerima banyak kiriman email yang positive tentang isi materi blog saya.
Dan juga saya sering mendapat telpone dari para pembaca ada yang dari jakarta, Jogjakarta,Probolinggo,Semarang,adapula sampai Balikpapan,menanyakan hal2 yang berhubungan dengan keluhan penyakit maupun teknik pembuatan MRI.
Nah dari tulisan saya ini saya sempat menjalin hubungan timbal balik dengan para pembaca sehingga pada hari ini saya bisa bertemu dengan pembaca yang sangat jauh yaitu dari Jakarta untuk periksa di RS.Spesialis Husada Utama dan bertemu langsung dengan penulis.
Rasanya begitu dekat hanya dengan sebuah tulisan yang bermanfaat bisa membantu banyak orang.
Sabtu, 01 Agustus 2009
Hydrocephalus
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Menurut Mumenthaler (1995) definisi hydrocephalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinallis internal atau eksternal melebar.
Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah, 1997).
Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempat sepanjang perjalanannya, timbulnya Hydrocephalus akibat produksi yang berlebihan cairan serebro spinal dianggap sebagai proses yang intermiten setelah suatu infeksi atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak-anak yang disebabkan oleh papiloma pleksus, yang dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler, 1995).
Klasifikasi Hydrocephalus cukup beragam, tergantung pada factor yang berkaitan dengannya. Menurut Harsono (1996), berikut ini klasifikasi Hydrocephalus yang sering dijumpai diberbagai buku :
a. Menurut gambaran klinik, dikenal Hydrocephalus yang Manifes (Overt hydrocephalus) dan Hydrocephalus yang tersembunyi (Occult hydrocephalus). Hydrocephalus yang namak jelas dengan tanda-tanda klinis yang khas disebut Hydrocephalus Manifes, sementara itu Hydrocephalus dengan ukuran yang normal disebut Hydrocephalus yang tersembunyi.
b. Menurut waktu pembentukan dikenal dengan Hydrocephalus congenital dan Hydrocephalus akuisita. Hydrocephalus yang terjadi pada neonatus atau yang berkembang selama intra-uterin disebut Hydrocephalus congenital sedangkan Hydrocephalus yang terjadi karena cidera kepala selama proses kelahiran disebut Hydrocephalus infantil, sedangkan Hydrocephalus akuisita adalah Hydrocephalus yang terjadi setelah masa neonatus atau disebebkan oleh factor-factor lain setelah masa neonatus.
c. Menurut proses terbentuknya dikenal Hydrocephalus akut yaitu Hydrocephalus yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorpsi cairan serebro spinal, dan Hydrocephalus kronik yaitu apabila perkembangan Hydrocephalus terjadi setelah aliran cairan serebro spinal mengalami obstruksi beberapa minggu.
d. Menurut sirkulasi cairan serebro spinal , dikenal Hydrocephalus komunikans dan Hydrocephalus non-komunikans. Hydrocephalus komunikans adalah Hydrocephalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara cairan serebro spinal system ventrikulus dan cairan serebro spinal dari ruang subarachnoid, Hydrocephalus non-komunikans berarti cairan serebro spinal system ventrikulus tidak berhubungan dengan cairan serebro spinal ruang subarachnoid.
Hydrocephalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu : produksi likuor yang berlebih, peningkatan resistensi aliran likuor dan peningkatan tekanan sinus venosa. Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intracranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorpsi (Listiono, 1998).
Hydrocephalus terjadi bila tempat penyumbatan aliran cairan serebro spinal pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan serebro spinal dalam system ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatsi ruangan cairan serebro spinal diatasnya. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen monroi, foramen luschka dan magendie, sisterna magna dan sisterna basialis. Secata teoritis pembentukan cairan serebro spinal yangn terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang normal akan menyebabkan terjadinya Hydrocephalus, dapat juga Hydrocephalus pada bayi diakibatkan oleh kelainan bawaan (congenital), infeksi, neoplasma dan pendarahan (Ngastiyah, 1997).
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) patofisiologi dari Hydrocephalus yaitu tyerjadi karena adanya gangguan absorbsi cairan serebro spinal dalam subarachnoid dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah cairan serebro spinal masuk kerongga subaracnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan atau kelainan bentuk perkembangan otak janin, cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.
Patofisiologis :
Produksi CSS
Sumbatan aliran CSS
Yang melalui ventrikel Gangguan absorbsi CSS
Di ruang subarachnoid
Akumulasi CSS di ventrikel
Ventikel berdilatasi dan menekan organ-organ yang terdapat
didalam otak
terjadi peningkatan TIK
Etiologi dari Hidrocephalus ada empat yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan pendarahan (Ngastiyah, 1997).
Adapun sebebnya Hydrocephalus terjadi sebagai akibat dari obstruksi, gangguan absorbsi atau kelebihan produksi cairan serebro spinal.
Komplikasi yang mungkin timbul pada Hydrocephalus ialahpeningkatan intracranial, kerusakan otak, infeksi (Septikemia, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak), shunt tidak berfungsi dengan baikj akibat abstruksi mekanik, hematoma subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam rongga abdomen, fistula, hernia dan ileus serta pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian (Suriadi dan Yuliani, 2001).
A. Pengkajian
Pengkajian pada Hydrocephalus menurut Suradi dan Yuliani (2001), yaitu pembesaran kepala pada bayi atau lingkar kepala, ukuran ubun-ubun menonjol bila menangis, vena terlihat jelas pada kulit kepala, binyi cracked pot pada perkusi, tanda setting sun, penurunan kesedaran, oposthotonus, spesifik pada ekstrimitas bawah, tanda peningkatan tekanan intracranial (muntah proyektil, pusing, papil edema), perubahan tanda vital khususnya pernafasan, pola tidur, prilaku dan interaksi
B. Diagnosa Keperawatan
Pasien Hydrocephalus adalah pasien yang sangat menderita dan memerlukan perawatan khusus karena adanya kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologist berupa gangguan kesedaran sampai pada gangguan pusat vital. Masalah yang perlu diperhatikan adalah gangguan neurologist, resiko terjadinya decubitus, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit (Nyastiyah,1997).
Masalah keperawatan menurut Suradi dan Yuliani (2001), ada enam yaitu :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan meningkatnya volume cairanserebro spinal, meningkatnya tekanan intracranial.
2. Resiko injury berhubungan dengan pemasangan shunt.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan adanya tindakan untuk mengurangi tekanan intracranial, meningkatnya tekanan intracranial.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek pemasangan shunt.
5. Perubahan peruses keluarga berhubungan dengan kondisi yang mengancam kehidupan anak.
6. Antisipasi berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan anak.
C. Perencanaan
Rencana tinmdakan sesuai teoti yang dirtetepkan olah Suriadi dan Yuliani tahun 2001, pada Hydrocephalus adalah :
1. Cegah komplikasi dengan :
a. Ukur lingkar kepala setiap 8 jam.
b. Monitor kondisi frontanel
c. Atur posisi anak miring kearah yang tidak dilaksanakan tindakan operasi.
d. Jaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk menghindari pengurangan tekanan intracranial yang tiba-tiba.
e. Observasi dan nilai fungsi neurologis tiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil.
f. Laporkan segera tiap perubahan tingkah laku atau perubahan tanda-tanda vital.
g. Nilai kesadaran balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap dua jam.
h. Ganti posisi setiap dua jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu
2. Cegah terjadinya infeksi dan injury :
a. Laporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital atau tingkah laku.
b. Monitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau pembengkakan.
c. Pertahankan kondisi terpasangnya shunt yang tidak baik maka segera untuk kolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt.
d. Lakukan pemijatan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada awalnya.
3. Bantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat berpartisipasi :
a. Berikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan.
b. Hidari dalam pemberian pernyataan yang negative.
c. Tunjukkan tingkah laku yang menerima keadaan anak.
d. Berikan dorongan pada orang tua untuk membantu perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.
e. Jelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
f. Berikan dukungan pada tingkah laku orang tua yang positif.
g. Diskusikan tingkah laku orang tuayang menunjukkan adanya frustasi.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas yaitu :
1. Mencegah komplikasi.
a. Mengukur lingkar kepala setiap 8 jam.
b. Memonitor kondisi fontanel.
c. Mengatur posisi anak miring kearah yang tidak dilakukan tindakan operasi.
d. Menjaga posisi kepala tetap sejajar dengan tempat tidur untuk ,menghindari tekanan intracranial yang tiba-tiba.
e. Observasi dan nilai fungsi neurologist tiap 15 menit hingga tanda-tanda vital stabil.
f. Melaporkan segera setiap perubahan tingkah laku misalnya : mudah terstimulasi, menurunnya tingkat kesadaran, atau perubahan tanda-tanda vital.
g. Menilai keadaan balutan terhadap adanya perdarahan dan daerah sekitar operasi terhadap tanda-tanda kemerahan dan pembengkakan setiap 15 menit hingga tanda vital stabil, selanjutnya setiap 2 jam.
h. Mengganti posisi setiap 2 jam dan jika perlu gunakan matras yang berisi udara untuk mencegah penekanan yang terlalu lama pada daerah tertentu.
2. Mencegah terjadinya infeksi dan injury :
a. Melaporkan segera jika terjadi perubahan tanda vital (meningkatnya temperature tubuh) atau tingkah laku.
b. Memonitor daerah sekitar operasi terhadap adanya tanda-tanda kemerahan atau pembengakakan.
c. Mempertahankan kondisi terpasangnya shunt tetap baik, jika kondisi shunt yang tidak baik maka segera berkolaborasi untuk pengangkatan atau penggantian shunt.
d. Melakukan pemijitan pada selang shunt untuk menghindari sumbatan pada awalnya.
3. Membantu penerimaan orang tua tentang keadaan anak dan dapat beradaptasi :
a. Memberikan kesempatan pada orang tua atau anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan.
b. Menghindari dalam memberikan pernyataan yang negative.
c. Menunjukan tingkah laku yang memerima keadaan anak (menggendong, berbicara dan memberikan kenyamanan pada anak).
d. Memberikan dorongan pada orang tua untuk membentu perawatan anak, ijinkan orang tua melakukan perawatan pada anak dengan optimal.
e. Menjelaskan seluruh tindakan dan pengobatan yang dilakukan.
f. Memberikan dukungan pada tingkah laki orang tua yang positif.
g. Mendiskusikan tingkah laku orang tua yang menunjukkan adanya frustasi.
E. Evaluasi
Menurut Suradi dan Yuliani (2001), hasil yang akan dicapai :
1. Anak akan menunjukan tidak adanya tanda-tanda komplikasi perfusi jaringan serebral adekuat.
2. Anak akan menunjukan tanda-tanda terpasangnya shunt dengan tepat.
3. Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda injury.
4. Anak tidak akan menunjukan tanda-tanda infeksi (tumor, rugor, dolor, kalor, fungsi laesa).
5. Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan untuk mengatasi rasa berduka.
Langganan:
Postingan (Atom)