
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang menyerang otak. Dikarenakan otak merupakan salah satu organ tubuh yang paling penting, organ lainnya dapat terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak bisa menyerang siapa saja, bahkan anak-anak dan remaja, namun pada umumnya tumor menyerang orang usia produktif atau dewasa.
Walaupun mematikan, tumor otak tidak selalu mengakibatkan kematian. Saat ini ilmu kedokteran telah berkembang pesat, teknik diagnostik dan pengobatan telah memberikan harapan hidup bagi para pasien tumor otak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi Prognosa (harapan hidup) penderita tumor otak antara lain; kemampuan deteksi dini; kemampuan mengetahui dengan tepat lokasi tumor di otak; keunggulan teknologi diagnostik dan terapi (operasi) seperti CT-Scan, MRI (Magnetic Resonance Image), mikroskop.
Beberapa hari yang lalu kami di RS Spesialis Husada Utama menemui anak laki2 yang sangat tampan dan gagah tidak terlihat sedikitpun nampak tanda2 sakit, jika diamati lebih jelas tangan kanan dan kak kanan lemah tiba2 saat liburan tiba anak ini melakukan medical check up di RSHU untuk pemeriksaan MRI brain tanpa kontras, setelah saya lakukan MRI kami menemukan adanya massa yang solid di area serebellum.Langsung kami mengambil tindakan pemeberian kontras untuk mengetahui lebih jelas lagi jenis tumornya, dan ternyata hasil spectroscopy menenunjukkan cystic medulloblastoma.Begitu mengerikan sekali bagaikan tersambar petir kedua orang tua anak ini.Pembahasan mengenai kasus ini bisa di baca di bawah ini
TUMOR KONGENITAL
Tumor kongenital SSP sering terjadi, bersama dengan tu-
mor ovarium dan mediastinum. Walau banyak tumor otak
kongenital menampilkan gejala hanya pada akhir kehidup-
an, ia berkembang dari kesalahan peletakan kongenital
atau perkembangan jaringan yang abnormal. Tumor otak
kongenital tumbuh perlahan dan relatif jinak pada keba-
nyakan kasus. Namun bisa mengancam hidup, bila tumbuh
dilokasi tertentu.
Kata kongenital berasal dari istilah lati congeni-
tus ('lahir bersama') dan berarti "hadir pada saat la-
hir dan biasanya sudah ada sejak sebelum lahir".
Diagnosis klinis tumor otak kongenital tidak sela-
lu sederhana. Tiga kelompok berikut secara umum dima-
sukkan pada klasifikasi tumor otak kongenital:
1. Tumor yang menghadirkan gejala saat lahir atau
selama periode neonatal (tumor kongenital yang 've-
rified').
2. Tumor yang menghadirkan gejala dan didiagnosis saat
kehamilan (tumor kongenital yang 'probable').
3. Tumor yang didiagnosis setelah bayi dengan onset
gejala selama bayi (tumor kongenital yang 'possib-
le').
Beberapa peneliti menekankan usia saat diagnosis, lain-
nya onset gejala, sebagai kriteria mendiagnosis tumor
otak kongenital.
Mekanisme perkembangannya belum jelas pada bebera-
pa tumor yang berasal prenatal. Konsekuensinya
ahli neuropatologi berbeda mengklasifikasikan tumor o-
tak kongenital secara berbeda. Epidermoid, dermoid, dan
teratoma secara luas dianggap sebagai tumor otak konge-
nital. Klasifikasi berdasar karakteristiknya dapat di-
lihat pada tabel.
TUMOR EMBRIONIK
Tumor embrionik berasal dari sel yang dipindahkan seca-
ra embriologi dan terdiri dari epidermoid, dermoid, dan
teratoma. Tumor ini memiliki hubungan histologis yang
erat satu dengan lainnya. Epidermoid tidak mengandung
rambut. Teratoma mungkin mengandung berbagai jaringan
dan sisa organ.
Epidermoid dan Dermoid
Epidermoid merupakan lima persen tumor SSP dan umumnya
tampak pada usia antara 20 dan 60 tahun. Istilah pearly
tumor dan kholesteatoma adalah sinonim dengan epidermo-
id. Daerah predileksi adalah aksis serebrospinal. Epi-
dermoid intrakranial sering terjadi disudut serebelo-
pontin, regio supraseller, dan lobus temporal. Ia bisa
juga terjadi diregio pineal, ventrikel keempat, dan ka-
nal spinal. Karena tingkat pertumbuhannya hampir sama
seperti sel normal, epidermoid mungkin bukan neoplasma
sejati.
Dermoid tidak sesering epidermoid dan terjadi in-
sidentil pada inklusi elemen epitelial. Ditemukan lebih
sering pada pria. Tak ada daerah predileksi spesifik.
Dermoid pada diploe tengkorak lebih sering pada anak-
anak. Dermoid bisa mengandung kelenjar keringat, seba-
sea, dan apokrin sebagai tambahan terhadap rambut.
Epidermoid dan dermoid dibedakan secara histolo-
gis namun sulit secara rontgenologis.
Foto polos tengkorak epidermoid supraseller sering
memperlihatkan pembesaran sella dalam berbagai tingkat.
Kalsifikasi kapsul mungkin tampak diregio supraseller.
Tomogram sella bernilai dalam mendeteksi jumlah yang
sedikit dari kalsifikasi.
Angiografi memperlihatkan massa avaskuler dengan
tanpa ada gambaran yang karakteristik. Pemeriksaan de-
ngan udara memperlihatkan massa multilobuler dengan
permukaan licin. Tumor intraventrikuler mempunyai tam-
pilan klasik 'filigree', 'cauliflower'. Tumor intraven-
trikuler lainnya mungkin memiliki penampilan serupa.
CT scan biasanya memperlihatkan massa densitas
rendah, namun massa tersebut mungkin berdensitas
tinggi, terutama bila difossa posterior. Epidermoid
tidak diperkuat oleh kontras, namun dermoid mungkin
diperkuat oleh media kontras. Epidermoid dan dermoid
mungkin mengalami kalsifikasi. Ini diperlihatkan
sebagai massa yang padat pada kejadian yang jarang.